Review Buku Forgiving The Unforgivable: Menyembuhkan Luka, Memupuk Welas Asih Karya Afthonul Afif

Hi guys! How are you? I hope you guys are doing fine during this hard time. 

Gak kerasa ternyata udah bulan September. Sejak diberlakukannya WFH dari akhir bulan Maret, berarti udah setengah tahun lebih kita banyak menghabiskan waktu di rumah. Tapi gak apa-apa. Asalkan pandemi ini cepat berlalu dan kita selalu diberikan kesehatan ya. Aamiin. 

Anyway, apa aja sih kegiatan kalian selama pandemi ini? Coba komentar di bawah dong, biar aku ada referensi kalo udah buntu dan bete diem di rumah. Heheh. 

Oke, langsung aja ke poin yang akan kita bahas ya. Kita? lo aja kali

Jadi, aku beberapa hari lalu baru saja menyelesaikan buku pengembangan diri karya Afthonul Afif berjudul  Forgiving The Unforgivable: Menyembuhkan Luka, Memupuk Welas Asih. 

Awalnya aku ragu, karena cari review buku ini tuh susah banget. Nyari di Goodreads gak nemu. Gimana sih cara masukin buku ke Goodreads? Aku belum sempet eksekusi lagi buat masukin buku soalnya aku terlanjur mager(?) wkwkwk. 

Ringkasan belakang buku ini bertuliskan begini: 

"Bayangkan, seandainyakita tidak memiliki rasa marah, benci, atau demam kepada orang yang telahmelanggar kita, mungkin kita tidak akan pernah mengenal bagaimana cara memaafkan.

Seandainya memaafkan itu sama mudahnya dengan mengumbar janji-janji politik, mungkin kita akanlebih ringan melakukan kesalahan."

Menurut aku pribadi kata-kata itu kurang mendeskripsikan banget apa yang ada di dalam buku dan aku juga kurang ngerti maksudnya apa. (apa gara-gara udah lama gak belajar jadi otak gua rada tumpul/?)

Tapi ya namanya sinopsis, gak mungkin dong ngespoil hampir seluruh isi buku heheheh. 

Penerbit : Buku Mojok, Yogyakarta

Cetakan:  2019

Jumlah halaman: 242 hlm. 

Dimensi: 14 x 21 cm

Soft cover. 

Setelah berpikir panjang, akhirnya aku memutuskan membeli buku ini. Tujuannya: biar bisa memaafkan orang lain. Ada ya orang cari referensi dulu buat maafin orang lain WKWKWK.

Buku ini terdiri dari 12 BAB yaitu: 

1. Apa itu pemaafan?

2. Permintaan maaf dan pemberian maaf

3. Unsur-unsur pemaafan

4. Dimensi-dimensi pemaafan 

5. Pemaafan intrapersonal dan interpersonal 

6. Memaafkan atau tidak memaafkan 

7. Mengapa memaafkan?

8. Pemaafan bukan sekedar 

9. Tindakan yang menyerupai 

10. Kepribadian dan pemaafan 

11. Religiositas dan pemaafan 

12. Memaafkan yang tidak termaafkan 

Jadi, menurut saya, sebenernya buku ini lebih kayak buku teori karena banyak membicarakan pengertian maaf dan juga memberikan contoh kasus.

Bagi sebagian orang mungkin memaafkan itu gak mudah dan kadang bahkan ada orang yang melupakan aja tapi tidak memaafkan. Nah, hal itu yang jadi masalah. Di buku ini juga dibahas kalau ada pelanggaran, kita gak boleh melupakan begitu saja karena itu bertentangan dengan nilai moral. Dimana pelanggaran itu harus dibayar. Jika pelanggar mengakui kesalahan dan meminta maaf, ini akan membuat proses pemaafan itu akan berlangsung lebih mudah. 

Selain itu di buku ini juga dibahas ternyata memaafkan itu bisa saja dipengaruhi oleh sifat masing-masing korban. Sifat yang dimiliki korban ini dibentuk oleh lingkungannya. 

Rating: 3,8/5 

Berikut beberapa quotes yang saya dapat dari buku ini: 

Sebuah pelanggaran yang sengaja dilupakan atau diabaikan begitu saja tanpa ada kepastian bagi penyelesaiannya, terlebih lagi untuk kasus yang telah mengambil perhatian masyarakat luas, lambat laun akan mengaburkan batas-batas antara yang benar dan yang salah sehingga masyarakat menjadi kebingungan mempersepsi status pelanggaran tersebut (hlm. 53)

Memaafkan memang bukan persoalan mudah. Ia tidak mungkin terjadi begitu saja karena di dalamnya melibatkan penyembuhan luka batin pihak yang tersakiti, dan proses ini membutuhkan waktu (hlm. 80)

Banyak bukti menunjukan bahwa pemaafan akan mudah ditempuh ketika pelanggar sebelumnya bersedia mengakui, menyesali, dan meminta maaf atas perbuatannya serta bersedia bertanggung jawab dan memberikan kompensasi kepada korban.

Intinya, memaafkan itu perlu karena akan ada efek baik juga untuk korban. Namun hal itu tidak mudah dilakukan. Akan mudah dilakukan jika ada permohonan maaf dari pelanggarnya. Tapi ujungnya balik lagi ke kepribadian masing-masing orang sih. 

Mungkin sekian review kali ini. Maaf banget ini bener-bener mini review. Kurang jelas. Kalo ngerasa masih belum puas, boleh beli aja bukunya. 

Sekian

See you! 


0 komentar:

Posting Komentar

 
Hirena's Journey Blog Design by Ipietoon